Ada yang Melihat

Mata-MelihatPada jaman dahulu, ada seorang guru bijak yang memiliki 7 orang murid. Guru ini sangat dihormati, baik oleh murid – murid, maupun oleh penduduk sekitarnya. Guru ini memiliki seorang putri yang sangat cantik. Ketujuh muridnya juga sangat menyukai putri guru mereka.

Suatu hari, sang guru berkata kepada ketujuh muridnya
“Murid – muridku, sudah cukup lama aku mendidik kalian, dan sudah semua pengetahuan aku berikan kepada kalian. Sudah waktunya bagiku untuk beristirahat. Sebagaimana kalian tahu, aku memiliki seorang putri. Dan aku hendak memberikan dia kepada salah satu dari kalian, karena tidak mungkin aku berikan dia kepada kalian semua.

Hanya saja… aku memiliki kendala. Untuk pernikahan, membutuhkan biaya yang besar. Demikian juga untuk biaya hidup pasangan baru, karena tentu saja aku tidak ingin putriku menderita karena tidak memiliki uang.

Oleh karena itu, untuk menentukan salah satu dari kalian yang pantas menjadi suami dari putriku, aku akan memberikan sebuah sayembara. Sayembaranya yaitu : Kalian pergilah ke rumah penduduk – penduduk, dan curilah harta mereka. Jangan sampai ada seorangpun yang melihat kalian. Setelah itu berikan harta yang kalian curi kepadaku. Semakin banyak semakin bagus. Dari sanalah aku akan menentukan siapa yang pantas menjadi suami putriku.

Mulai besok malam, setiap dari kalian bergiliran, sampai nanti pada hari ke tujuh. Setelah itu kita bertemu lagi pada hari ke delapan disini.”

Murid – muridpun terperanjat dengan permintaan dari sang guru. Guru yang mereka hormati, yang selama ini mengajarkan kebajikan, ternyata meminta mereka mencuri. Tetapi, perintah tetaplah perintah. Dan mereka juga jatuh hati dengan putri sang guru. Jadi, mulai keesokan harinya, satu per satu murid pergi ke rumah – rumah penduduk, dan mencuri barang – barang yang dapat mereka curi. Karena tingginya ilmu mereka, tidak ada satupun yang tertangkap oleh warga.

Pada hari ke delapan, mereka semua berkumpul kembali dengan sang guru. Satu persatu murid memberikan kepada guru hasil curian mereka. Sang guru pun tersenyum puas dengan hasil yang diberikan kepadanya, sampai pada murid yang terakhir.

Murid yang terakhir datang dengan tangan kosong. Sang guru pun marah, dan berkata “Mana hasil curianmu?”

Murid tersebut menjawab “Aku hanya mengikuti perintah guru, maka itu aku tidak mendapatkan satu barangpun”

Guru berkata dengan marah “Mengikuti perintah yang mana?! Bukankah aku bilang kepada kalian semua untuk mencuri harta dari penduduk?!”

Si murid menjawab “Benar guru, memang guru meminta kami untuk mencuri dari penduduk, namun guru juga berkata ‘jangan sampai ada yang melihat’. Setiap kali aku hendak mengambil barang, memang penghuni rumah sudah terlelap dan tidak melihatku, tetapi disamping mereka, masih ada seseorang yang terus melihatku, yaitu diriku sendiri. Oleh karena itu aku tidak jadi mengambil barang tersebut”

Sang gurupun tersenyum dengan bangga, dan berkata dengan gembira “Akhirnya… dari semua muridku ada juga seseorang yang mengingat semua pelajaran yang kuberikan. Bagus sekali ! Sedangkan kalian semua bodoh. Ingatlah, bahwa perbuatan buruk apapun yang kalian lakukan, selalu ada yang melihat diri kalian, yaitu diri kalian sendiri. Dan ini akan menjadi sumber penyesalan, sumber perasaan tidak enak, dan sumber penderitaan.
Sekarang kembalikan semua barang yang kalian ambil kepada penduduk. Mereka tidak akan menangkap kalian karena mereka semua sudah mengetahui rencana sayembara ini.”

Akhirnya murid ketujuh yang bijak ini menikah dengan anak sang guru, dan mereka hidup berbahagia.